Guru Honorer Ini Nyambi Usaha Penetasan Telur Bebek

1417788288414335375
Gambar: Pak Gatot, honorer nyambi meenetaskan telur bebek (dok. pribadi)


Sabtu lalu, 29 Nopember 2014, saya menyempatkan berkunjung ke salah satu sahabat saya seorang guru honorer. Kebetulan beliau honorer yang sudah kawakan dan rela mengabdi di sekolah bagi anak-anak ABK ini. Sebelumnya, beliau membicarakan usaha kecil-kecilan yang dengan modal nekat dapat menghasilkan sejumlah uang. Meski penghasilan tak seberapa, daripada menanti penghasilan yang tak pasti dan mengisi waktu kosong ba’da pulang bekerja, ia membuka usaha sambilan ini di rumah sederhananya.

Pak Gatot namanya, seorang guru honorer lulusan PLB ini tetap konsisten mengabdi di SLBN Metro sebagai guru tuna grahita sedang (dengan kondisi intelegensi siswanya amat rendah). Selain sebagai honorer di sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut, beliau juga melengkapi kegiatan hariannya dengan usaha penetasan telur bebek. Usaha yang dirintisnya setelah sebelumnya membaca buku di perpustakaan. Dengan kemauan belajar dari sebuah buku dan bertanya kesana kemari akhirnya usaha yang cukup ribet ini pun dilakoni. Usaha yang semata-mata ingin menambah penghasilan bulanannya dari bekerja sebagai honorer. Maklum, gaji honorer tetaplah tidak sesuai dengan kebutuhan harian. Apalagi beliau memiliki 4 orang anak yang juga membutuhkan biaya sekolah.
14177884431765563313
Gambar : Kotak penetasan telur bebek yang terbuat dari bekas box ayam. (dok. pribadi)

Usaha penetasan telur bebek ini sudah dimulai beberapa bulan yang lalu. Dengan modal kandang modifikasi bok-bokan ayam, ia merubah b0k tersebut menjadi kotak penetasan dengan daya tampung kurang lebih sampai 300 butir telur bebek. Meskipun daya tampung sebesar itu, tapi mengingat modal yang dimiliki tak mencukupi iapun mengurangi jumlah telurnya, paling-paling sekitar 130 butir saja. katanya di sela-sela saya melihat usahanya di rumahnya yang cukup sederhana.

Dengan modal bok ayam yang sudah usang, dan modal untuk membeli telur bebek sekitar 460.000 ribu, ia memulai usahanya tersebut di belakang rumah, di sebuah kandang yang sempit. Berbekal modal kecil tersebut, paling tidak beliau mampu mendapatkan keuntungan bersih sekitar 400 rb tiap bulan. Dengan estimasi harga telur kurang lebih 2 ribu rupiah per butir dan waktu penetasannyaselama 28 hari dengan jumlah telur yang menetas maksimal 70-80 % sisanya kopyor alias tidak menetas. Dengan harga jual anakan kisaran 8.500 rupiah. Itupun perawatannya cukup rumit karena setiap hari harus dikontrol, dibalik dan disemprot air untuk pendinginan dan diawasi suhu di dalam bok agar tidak terlalu panas. Meskipun bok sudah dilengkapi sistim otomatis pinjaman dari sahabatnya, tapi keberadaan telur selalu ia kontrol pagi, siang dan malam.

Dengan keuntungan 400 ribu tersebut beliau bisa membeli telur lagi dan membayar tagihan listrik untuk dua bulan. Selain itu kebutuhan dapur turut terbantu sambil menunggu musim tanam padi tiba serta uang insentif yang didapatkan setiap enam bulan sekali sebesar 600 rb. Memang hasil dari penetasan telur bebek ini tak seberapa tapi bagi pak Gatot sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup keluarganya.

Meski demikian, tidak semua anak bebek dijual ke pembeli, karena sebagian beliau besarkan sendiri agar mendapatkan keuntungan lebih jika bebeknya dijual dengan ukuran lebih besar, dan bisa juga dimanfaatkan telurnya.

Alhamdulillah, meskipun hasilnya tidak seberapa beliau mampu menambah uang dapur dan membayar listrik sehingga kebutuhan rumah dapat terpenuhi. Imbuh pak Gatot.

Saya terharu, guru honorer ini benar-benar dalam keprihatinan. Ia bekerja dengan gaji tak seberapa harus menanggung anak-anak yang harus sekolah. Sebuah perjalanan hidup yang harus dilewati tatkala menanti rezeki besar yang tak jua beliau peroleh. Tak ada jalan lain kecuali membuat kegiatan sambian agar asap dapur tetap mengepul dan penggorengan tidak sampai terguling.

Melihat jejak pak Gatot, saya pun berencana ingin membangun usaha tersebut demi menambah uang dapur yang harus terkuras karena naiknya harga BBM, itung-itung mencari penghasilan yang halal meski sedikit mudah-mudahan menjadi berkah.

Mudah-mudahan Pak Gatot mampu mengembangkan usahanya agar lebih besar lagi, dan berharap ada pihak swasta yang mau mengulurkan bantuan modal agar usaha guru honorer ini lebih besar lagi. Sehingga, meskipun suatu saat nanti harapannya menjadi PNS gagal, ia memiliki usaha maton yang dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Pelajaran yang dapat dipetik adalah: “Jangan pernah menyerah meski dalam kondisi apapun, menyerah tanpa berbuat sama sekali, sama halnya melepaskan begitu saja kesempatan kita untuk meraih kesuksesan”
Salam

Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2014/12/05/honorer-ini-nyambi-usaha-penetasan-telur-bebek-708694.html